Januari 2007
Entah apa yang sedang merasuki hati ini, ry aku
takut akan bercak-bercak merah jambu itu. Kuingin semuanya pure hanya untuk Allah, aku adalah seorang murobbi yang sering
menekankan agar tetap menjaga jarak dengan ikhwah karena ketakutanku yang teramat besar akan banyaknya kader yang insilah cuma gara-gara satu kata ‘cinta’.
Ry, aku hanya tidak ingin adik-adik mutarobbiku menjadi salah satu yang
terjangkit virus merah jambu itu yang pada akhirnya dapat menimbulkan noda-noda
hitam dihati kecil kami. Ry, sekarang baru kurasakan bagaimana virus itu
menjangkitku dan menggerogoti hati kecilku secara perlahan tapi pasti dan tanpa
kusadari hingga akhirnya aku menemukan namanya tergantung secara otomatis di
otakku.
Di
akhir bulan yang sama, akhir Januari 2007
Sekarang nama itu tidak hanya sekedar tergantung
tetapi sudah tertancap kuat di otakku sehingga pikiran ini sering tertuju
padanya. Kutilik-tilik apa sebenarnya penyebab dari semua ini?.
Mmhhh….semua berawal dari diskusi untuk memajukan
dakwah, sharing seputar hambatan dan tantangan, saling tolong menolong,
semuanya untuk dakwah. Kelihatannya ukhuwah itu semakin terasa indah tapi
kenapa dampaknya bisa seperti ini?. Kucoba flashback kebelakang, oh…God, ternyata...Saat itu baru
kurasakan akan beratnya cobaan, ujian dakwah, sepertinya tidak ada seorangpun
dari sahabatku yang mampu memberikan solusi hingga dengan tanpa sengaja ia
memberikan tips-tips jitu yang sebenarnya hanya untuk memotivasiku tapi kurasa
itu mampu mengurangi beban yang menggunung di pundakku. Sepertinya syetanpun
sudah mulai bermain. Yah….itulah awal dari semua ini. Mungkin.
Februari
2007
Lagi dan lagi… nama itu masih saja menempel. Segala
usaha sudah kukerahkan dengan sekuat tenaga. Tetapi kenapa? Kenapa tidak ada
perubahan sedikitpun? Atau ada yang salah denganku? Atau usahaku yang belum
maksimal? Sebenarnya rasa ini apa? Cinta? Simpati? Atau hanya sekedar kagum
saja? Entahlah…akupun tak ingin terlalu larut memikirkannya. Kurasa lebih baik bagiku
untuk segera berwudhu dan menunaikan sholat, seruanNya telah terdengar
satup-sayup dari masjid tua yang penuh dengan kenangan bagiku.
17
februari 2007
Ry, kok bisa jadi beginiiiii? Aku menangis
sejadi-jadinya.
Apakah hati ini sudah terlalu kotor sehingga lama
kelamaan aku mulai menikmati cintaku padanya, malah aku mulai memelihara cinta
semu yang belum tentu jadi milikku. Ry, jauh di lubuk hatiku yang terdalam aku
tidak menginginkan ini semua, aku rindu saat-saat bercinta denganNYA, aku rindu
saat-saat bersama dengan sahabat-sahabatku dan merasakan manisnya ukhuwah. Aku
rindu ry, aku rindu……
Bantu aku untuk menghentikannya. Fitrahkah ini?.
Sungguh ujian fitrah yang menyakitkan.
Maret
2007
Alhamdulillah ry, sekarang aku sudah mulai bisa
mengontrol perasaanku yang tidak jelas arahnya ini. Aku senang bangat ry,
seperti menghirup udara segar di daerah pegunungan setelah bertahun-tahun
berada di daerah perkotaan yang full polusi. Alay deh, hee….tapi benar, aku
sangat sangat sangat bahagia, kalau orang bule kata really so….happy.
Beberapa bulan kedepan sepertinya aku akan sangat
sibuk ry, maklumlah tahun ajaran baru_the time for recruitment. Akan banyak
bibit-bibit baru yang perlu disirami agar kelak bisa menjadi tumbuhan yang
unggul dan bermanfaat.
Masalah cinta, cinte, cinto atau apalah, buang
jauh-jauh ah….banyak hal yang jauh lebih penting. DAKWAH ILALLAH
April
2007
Persiapan penyambutan mahasiswa baru, perkenalan
organisasi dan tentunya rekrutment menjadi agenda utama yang akan selalu kami syurokan dua bulan ke depan. Dia ry,
dia, dia dan dia. Kepalaku sampai nyut-nyut memikirkan cara untuk
menghindarinya.
Diskusi setiap hari dengannya sebenarnya selalu
kuhindari, tapi tidak mungkin aku harus menghindar selamanya ry, alasan apalagi
yang akan kuutarakan. Dia, dia, dia… namanya mulai memasuki otakku lagi ry, aku
berontak, aku tidak rela kalau hati dan otakku ini diduduki oleh namanya lagi.
Aku tidak rela…sama sekali tidak rela…!!!
Mungkin karena aku terlalu bahagia dan terlalu yakin
bahwa namanya sudah betul-betul hilang dari
benakku, ternyata tidak, malah kebalikannya, semakin dalam. Rabb,
cobaankah ini? Apa ini bentuk ujian yang Engkau berikan untuk hamba? Kukira
akan mudah bagiku menghadapi ujian seperti ini. Aku terlalu sombong.
Juni
2007
Hatiku sakit ry, sakit…sakit….sakit sekali, sakit
karena mencintai seseorang sebelum saatnya, sakit karena tiap hari aku harus
berusaha sekuat tenaga untuk mengikis rasa ini dan yang paling sakit karena aku
sudah menghianati cintaNYA, alpa dalam mengingatNYA, lupa untuk memujiNYA, dan
tidak hadir untuk menjumpaiNYA di sepertiga malam. Aku rindu ry, aku rindu dengan
indahnya sujud, merasakan kenikmatan menemuiNYA dalam keheningan malam…
Aku rindu, rindu yang terdalam yang kupunya…
Masih
di bulan yang sama, Juni 2007
Disela-sela syuro tadi beliau bilang kalau ia
mungkin akan pindah kota, maklumlah beliau kan baru saja menyelesaikan
kuliahnya meski belum diwisuda, dengan nada bercanda tapi entahlah itu serius
atau tidak, yang jelas aku sedikit merasa lega karena tidak akan berjumpa
dengannya lagi dan yang pastinya akan memudahkanku untuk melupakannya, tapi ry
dibalik itu semua sebenarnya aku merasakan ada sesuatu yang menusuk hati ini
ketika mendengar statementnya untuk pindah kota. Cukup sakit ry. Tapi kuselalu
yakin Allah akan memberikan yang terbaik bagiku.
Agustus
2007
Di keheningan malam saat berjumpa dengan Rabbku,
ditemani rintik-rintik hujan, sama seperti mataku yang mengeluarkan
rintik-rintik air mata dari tadi.
Setelah “menghilang” selama dua bulan, tadi siang aku
melihat Akh Zaki bersama seorang perempuan berjilbab. Aku kenal baik dengan
beliau, tidak mungkin akh Zaki melakukan perbuatan yang dilarang agamanya tapi
tidak mungkin juga itu adik atau saudaranya, tatapan akh Zaki pada perempuan
itu, perempuan yang akupun belum pernah melihatnya sebelumnya. Aku hampir
suudzon ry, beruntung Tari cepat menyadarkanku dari lamunan-lamunan syaiton.
Akh Zaki menggandengnya menuju ke arahku dan Tari. Aku semakin shock ry melihat
Akh Zaki menggenggam tangan perempuan yang namanya baru kuketahui_mbak Zahra,
berbeda dengan Tari, ia hanya tersenyum simpul menandakan kebahagiannya untuk
akh Zaki.
Tanpa basa-basi akh Zaki mengenalkanku pada mbak
Zahra, akhwat yang sudah menjadi istri akh Zaki dua minggu yang lalu, secepat
kilat kusembunyikan kegugupanku dengan senyuman dan bersalaman dengan mbak
Zahra, ia tersenyum lembut padaku, cantik, secantik namanya Zahra.
Tari sahabatku, sepandai-pandainya aku
menyembunyikan perasaan, ia tetap mengetahuinya. Tari heran melihat
kegugupanku, untungnya aku bisa sedikit bersilat lidah hingga akhirnya Tari
tidak mengetahui perasaanku yang sebenarnya,
aku hanya mengatakan kalau kegugupanku itu karena surprise melihat akh Zaki sudah menikah. Taripun minta maaf karena
lupa mengabariku perihal pernikahan akh Zaki, sebenarnya beliau sudah
memberitahukannya seminggu sebelum pernikahan disaat syuro. Dan saat itu aku
tidak bisa berhadir karena ada kuis dadakan di kampus.
Ry, aku sedih atau mungkin juga terluka. Namun
kuyakin ia bukanlah yang terbaik untukku, kuyakin juga nun jauh disana, di
negeri antah berantah atau entah dimanapun itu sudah ada seseorang yang
mempersiapkan dirinya untuk menjemputku, dan selayaknyalah untukku sekarang
untuk mulai menata hati dan terus memperbaiki diri. Inilah jalanku. Ikhlaslah
duhai jiwa. Senyumku tak kan pernah hilang.
September
2007
Di tengah rutinitas dan amanah dakwah yang
menggunung, di tengah tugas-tugas yang belum juga kuselesaikanku dan masih
banyak hal lagi yang harus diselesaikan, ah….tak ingin ku mendatanya satu
persatu, ku tinggalkan duniaku untuk sementara. Tidak seperti malam-malam
sebelumnya, malam ini ku ingin tidur lebih awal, karena ku ingin menjumpai sang
Kekasih di sepertiga malam dengan wajah
yang cantik (hehe…) dan dengan pikiran yang tenang.
***
Tanpa kusadar air mataku sudah menetes secara
perlahan namun pasti, kuadukan segala gundah gulana, hati yang nelangsa,
pikiran yang tak menentu, apapun itu, ku ingin Ia tau bahwa aku disini sangat
membutuhkan pertolonganNya, sangat membutuhkan dekapanNya.
Desember
2007
Tak ada yang istimewa yang ingin ku tuliskan untukmu
ry, semua kegiatanku berjalan normal tanpa hambatan bagaikan bus yang melintas
di lalu lintas yang lengang. Mmmmm…..entahlah ry, Allah selalu memberiku
kemudahan tapi kenapa aku malah gak nyaman ya ry, aku selalu teringat kata-kata
tari “jika engkau masih diberikan cobaan
atau ujian itu berarti Allah masih menyayangi dan mencintaimu, Ia ingin kamu
bisa menjadi manusia yang lebih baik dan bisa naik peringkat dengan ujian yang
diberikanNya. Dan khawatirlah ketika kamu tidak menjumpai kesulitan dalam gerak
langkahmu, bisa jadi Allah tidak mempercayaimu atau bahkan tidak mencintaimu,
naudzubillah min dzalik…”. Kata-kata ini yang meresahkanku ry, dikasi ujian
akunya nangis-nangis, tak dikasi ujian seperti ini juga akunya sedih.
Mmmmm…dasar manusia, tak pandai bersyukur. Istighfar….istighfar…..
Mei
2009
Alhamdulillah ry, akhirnya aku wisuda juga. Alexa
Lovato, S.Psi, senangnya sudah menyelesaikan studiku. Alhamdulillah, usahaku
tidak sia-sia, aku menjadi lulusan terbaik untuk tahun ini ry. Oia aku lupa
bilang kalau aku juga sudah bekerja di salah satu perusahaan ternama di kotaku.
Satu lagi ry, InsyaAllah September ini aku akan menyempurnakan separuh agamaku,
(kalau ada yang mau, hehe..)
Juli
2009
Maha Penyayangnya Allah, tak banyak berharap doaku
terkabul tapi Allah punya rencana untukku. Tadi siang ustadzah Afni menyerahkan
map yang akupun tak tau isinya sampai sekarang tapi yang jelas semua yang ada
dalam map itu adalah tentang seseorang yang kata ustadzah ingin mengkhitbahku.
Aku sudah berniat tak akan membuka map itu sampai ijab qabul nanti, masa laluku
membuatku sedikit kaku, tak ingin ku mencintai seseorang yang belum betul-betul
resmi menjadi suamiku jadi kuputuskan untuk menutup rapat-rapat map itu, yang
kutau ia bernama Annur dan ia seorang yang sholeh, begitu kata ustadzah ketika
memberikan map itu kepadaku. Aku hanya memperbanyak shalat malam dan
istikharahku dan tak lupa, meminta doa dari sepasang insan yang paling
mencintaiku, ibu bapakku.
Akhir
Agustus 2009
Dua minggu sebelum hari H, aku semakin yakin dengan
pilihanku, Allahlah yang memberiku keyakinan sekuat ini, keyakinan yang belum
pernah kurasakan sebelumnya. Seluruh persiapan sudah selesai 90%.
09
September 2009, sejam sebelum akad
Aku dan rombongan tiba di sebuah masjid disamping gedung
yang akan jadi tempat walimah. Tiba-tiba aku merasakan tenggorokanku kering,
sangat kering sehingga tak ada air liur yang bisa kutelan, jantungku yang
tadinya tenang dengan tasbihnya kini bagaikan pukulan beduk yang tidak
beraturan, tanganku tak lagi bisa kukontrol, ia gemetar hebat, bahkan kakiku sangat
sulit untuk melangkah. tak jelas apa yang sedang kurasakan saat itu. Saat
dimana sebuah papan bunga yang kubaca berbeda dari yang lain. “Selamat Berbahagia, Alexa & Zaki, bla..bla…bla…dari
Universitas Islam Medan.” Oh…tidak, mungkin aku hanya salah melihat,
kusadar sekarang aku dalam keadaan puncak nervous, mungkin aku hanya
berhalusinasi. Kutarik nafas dalam-dalam untuk memulai menenangkan pikiranku
yang sudah amburadul.
Aku duduk manis dibagian perempuan yang terpisah
dengan bagian laki-laki. Aku dapat melihat jelas ayahku nan gagah yang
sepertinya sudah sangat siap untuk melakukan prosesi ini, beliau adalah salah
seorang yang terus mendesakku untuk menyempurnakan separuh dienku, disamping
ayah ada Bang Farid, Abang yang begitu berjasa dalam proses pra nikahku, dari
mulai ta’aruf sampai segala pernak-pernik pernikahan. Aku menyerahkan semua
keputusan pada Bang Farid dan tentunya Ayah dan Ibu.
Dan diantara keduanya, ada akh Zaki. Adakah bang
Farid mengundangnya? Ataukah ia menjadi salah satu saksi pernikahanku?
Oh….tidak. Papan bunga itu ternyata benar, ayah menggemgam erat tangan akh Zaki
saat mengucapkan ijab. Aku hampir tak bisa mengendalikan diri untuk berteriak
agar pernikahan ini dibatalkan, tapi tiba-tiba ibu memelukku dengan tangis
bahagianya, aku baru tersadar ijab qabul ternyata baru saja selesai, hanya
hitungan detik hidupku sudah berubah, aku masih merencanakan untuk membatalkan
pernikahan tanpa berpikir kalau proses ijab qabul itu hanya berlangsung
beberapa detik. Dan inilah aku sekarang, seorang istri. Yang bisa kulakukan
sekarang hanyalah berusaha untuk tersenyum. Aku masih bisa tersenyum melihat
kebahagian keluargaku terutama bang Farid yang rela bersusah-susah bahkan
melepaskan proyek yang diimpi-impikannya hanya untuk mengurusi pernikahanku.
Aku terlalu yakin akan bisa mencintai siapun yang akan menjadi suamiku.
Ah…..apakah aku terlalu sombong dengan keyakinanku sendiri. Allah, ampuni aku.
Kenapa ia datang disaat cinta tak lagi ada untuknya??? Dan aku tak melihat mbak
Zahra berada diruangan ini, dimanakah ia???
Salahku jadi orang yang kurang peduli, Zaki adalah
nick namenya Muhammad Annur, Zaki jugalah yang pernah singgah di diaryku. Mbak
Zahra meninggal saat melahirkan anak pertama mereka setahun yang lalu. Belum
bisa kumengerti skenario ini, ia datang ketika tak ada cinta untuknya, ketika
kumencoba belajar untuk mencintai makhluk bernama Muhammad Annur.
Medan, 22
Mei 2011
#Junkusay