"Waduuuh… Ternyata jadi reporter ribet juga ya”.
Keluhku pada Sanjaya, juru kamera yang selalu ada di sampingku, kemana-mana
kami selalu bersama, kalau kata orang nih,
kami lengket kayak prangko, hehe.
Inilah aku Alexa Lovato, muslimah yang hijrah secara kaffah1 di waktu kuliah dulu, aku anak Psikologi yang
bercita-cita jadi psikolog anak, tapi nyasar
jadi reporter, entahlah mungkin takdir yang membawaku ke dunia ini, dunia yang
penuh dengan tantangan. Semangat!!!
25
Juni 2009
Inilah hari pertamaku jadi seorang reporter muda
alias junior, teman-temanku tidak ada yang percaya saat aku bilang kalau aku
diterima di salah satu stasiun TV sebagai reporter, kebanyakan mereka komentar
soal jilbabku, apa gak gerah dengan
cuaca yang amat sangat panas, apa gak
berkibar tuh jilbab kalau lagi
lari-lari ngejar sumber info atau tersangkut di pagar orang pas lagi meliput
atau ditarik sama anak-anak dikirain layangan, dll. Banyak deh komentar-komentar aneh yang menggelikan tentunya. Bagiku semua
itu adalah bunga-bunga kehidupan.
7
September 2009
Tugas pertamaku yang bikin nervous bin deg-degkan karena stasiun TV kami satu-satunya yang
diperbolehkan meliput kehidupan sehari-hari salah seorang pemain sepak bola
nasional yang lagi hot-hotnya diperbincangkan masyarakat yang dalam waktu dekat
akan mengikuti kejuaraan Internasional, ckckcckk….aku masih belum percaya
dikasih tugas sepenting ini, aku kan masih baru di dunia ini, tapi bosku bersikeras
kalau aku orang yang paling tepat untuk tugas ini. Okelah Bos kalau begitu, saya akan berusaha memberikan yang
terbaik.
Mmm… Amanah pertama yang penuh tantangan,
mudah-mudahan ini bisa menjadi batu loncatan agar aku bisa lebih kompeten.
Liputan ini pasti cukup melelahkan karena aku akan meliput kehidupan
sehari-hari seorang atlet yang super sibuk dari terbit sampai terbenam
matahari, dari mau tidur sampai tidur lagi,
selama seminggu. Seminggu....!!!
Duuuhhh…..terasa makin berat saja ini tugas.
9
September 2009
Besok
pertempuran sudah dimulai, ngisi
amunisi dulu ah…. Tahajjud dengan bumbu tilawah secukupnya kurang lebih 1 juz. Mudah-mudahan tugasku ini
bisa berjalan dengan lancar, amin.
10
September 2009
Gak
nyangka reporter kelas teri seperti aku
ini bisa jadi bahan obrolan teman-teman sekantorku. Bahkan reporter papan atas
juga ikutan ngegosipin reporter papan
pintu ini!!! hehe. Heran…heran.
Sebagai wanita berjilbab kain gorden (kata rekan
kerjaku dalam guyonannya,hehe) yang satu-satunya di tempat kerjaku ini, aku
hanya menanggapi dengan senyuman. Aku tidak habis pikir bakalan digosipin sama si Bos cuma gara-gara Bos
ngasi tugas ini!!!
Aku sech gak
apa-apa, santai saja, memang tidak ada apa-apa. Tapi si Bos kasian dia. Mr. Zoe
begitulah aku memanggil bosku, di usianya yang masih cukup muda, 28 tahun, ia
sudah ditinggal oleh istri tercinta, lebih kasian lagi Kafka, bocah yang baru
berumur dua tahun itu sudah tidak bisa merasakan dekapan seorang ibu, lembut
belaiannya, hangatnya ciuman dan perhatiannya. Uuhh...jadi sedih, ingat ibu di
kampung.
Baru dua bulan yang lalu si Bos ditinggal mbak Ayu, istrinya,
air matanya pun belum kering, eh….sudah digosipin
sama anak-anak, ckckck, teganya, tega…tega….tega!!!
Tega banget
sech ngegosipin aku ada hubungan
spesial sama Bos, sampai ada yang bilang Bos ngasi tugas ini supaya bisa PDKT, karena menurut mereka si Bos lagi
nyari ibu baru buat Kafka, katanya sih kriterianya tidak jauh-jauh dari mbak
Ayu, meski jilbabnya almarhumah mbak Ayu gak sepanjang jilbabku tetapi sudah
memenuhi kriteria jilbab syar’i, nah, itu dia alasan mereka.
Pinter banget
ya mereka kait mengkaitkan kondisi orang, jadi kesal juga nih. Biarkanlah apa kata mereka seperti kata pepatah “anjing
menggonggong kafilah berlalu”
11
September 2009
Tidak terasa dua hari sudah berlalu dengan terus
mengikuti kegiatan si pesepak bola, Alghi, biasa ia dipanggil, tapi aku mulai
merasa tidak nyaman, apa mungkin gosip yang kuanggap murahan itu ternyata benar
adanya, si Bos memang menginginkan aku jadi ibu buat Kafka???. Oh Rabb…(aku kok
jadi senyum-senyum begini).
Gimana
gak aku berpikiran sedemikian rupa,
habis si Bos tiap hari nanyain
biodataku mulu, dari kegiatanku
sehari-hari di luar kerja sampai kondisi lingkungan dan keluargaku, tidak puas
apa si Bos dengan data yang sudah ada di file kantor, aku jadi GR ney, hehe.
Bingung jadinya, sekarang yang diliput siapa sih, aku atau Alghi, kok sepertinya aku
yang banyak di interview sama si Bos. Belum lagi ditambah Alghi nan sombong,
ihhh, gerem!!!. Senyum saja gak mau,
aku kan cuma berusaha seramah mungkin, masa pas aku senyumin dia malah buang
muka, nyebelin banget kan?. Baru jadi
pesepak bola nasional, gimana coba
kalau dunia Internasional mengenalnya, tidak bisa kubayangkan,
Sabar lex….sabar.
13
September 2009
Eh….eh…., si Bos makin gencar saja kayaknya,
lama-lama capek juga ladenin pertanyaan si Bos. Gak tau apa dia aku ini aktivis dakwah,
kalau memang naksir aku ya sudah, bilang saja langsung sama murobbiku2,
tapi si Bos mana ngerti istilah
murobbi ya???
Belum lagi dengan Kafka, kayaknya si Bos berusaha
keras supaya aku bisa dekat sama Kafka, masa Kafka dibawa ke lokasi shooting dan kalau Kafka ingin ini itu,
aku yang disuruh ngurusin, aku kan
reporter yang lagi meliput seorang atlet yang sok cool bukan babby sitter Bos.
Sebenarnya sih
tidak masalah kalau aku disuruh ngurusin
Kafka karena memang aku suka banget
sama anak-anak seperti cita-citaku yang belum kesampaian menjadi psikolog anak,
tapi masalahnya Alghi si atlet yang tidak mau senyum itu malah sering
mentertawakan aku pas ngurus Kafka,
memang, aku suka dan sering berinteraksi dengan anak-anak, tapi kalau ngurus keperluan seorang anak berusia
dua tahun dari A sampai Z aku kerepotan juga, inikan pertama kalinya bagiku,
dasar atlet tidak punya perasaan, aku kan malu kalau sering diketawain begitu, lihat saja nanti
kalau kamu sudah punya anak dan istrimu tidak pernah belajar ngurusin anak seperti aku sekarang ini,
kujamin deh kalian bakalan kerepotan
dan gantian aku yang bakalan mentertawakan kamu, ilmu tendang menendang bolamu
itu tidak berguna untuk urusan yang satu ini. Tenang lex…tenang. Don’t be angry!
15
September 2009
Hari ke lima meliput Alghi, dan hari ke tiga si Bos
bawa Kafka ke lokasi, kayaknya aku sudah mulai sayaaaaang banget sama Kafka, walaupun baru tiga hari bersama, kami sudah bisa
dekat, aku juga heran, tumben anak kecil seperti Kafka ini bisa cepat
ditaklukinnya. Deg, jantungku berdetak, kencang, sedikit menyesakkan, apa ini
pertanda???
Ini memang memperkuat
dugaanku tentang si Bos, apa iya si Bos bakal jadi teman hidupku, jadi orang
yang selalu ada di sampingku, aku tidak menyangka bakal langsung punya anak
umur dua tahun, ini berarti doaku tiap malam untuk ditemani oleh seorang hamba
Allah yang aktifis dakwah nan tangguh, seorang yang akan menuntunku untuk lebih
dekat dan mencintai Rabbku tidak diijabah3?. Dan kalau si Bos,
kayaknya malah aku yang harus menuntun dia untuk mengenal dakwah, hikz….hikz.
Tapi kalau
dilihat-lihat si Bos rajin juga sholatnya, malah pernah jadi imam sama Alghi,
si atlet arogan itu rupanya juga sholat, keren….keren, kan jarang ada atlet
yang menyempatkan sholat di tengah-tengah latihannya.
17
September 2009
Hari perpisahan kami
sama Alghi tapi sepertinya aku belum dapat kesan positif dari dia, bagaimana
mau buat laporan semenarik mungkin tentang Alghi, kemarin saja pas aku tanya ini
itu tentang kesehariannya dan ini masuk dalam salah satu tugasku sebagai
reporter, dia cuma jawab dengan sangat-sangat singkat dan tanpa ada ekspresi, kirain dia sudah jadi mayat hidup yang
baru dikeluarin dari kulkas saking sok coolnya.
Dan yang buat aku
terkejut, pas perpisahan tadi Alghi nyamperin
dan minta maaf, aku juga dikasi bonus senyuman dia, meski tidak manis-manis amat tapi lumayanlah dari pada dia nunjukin muka tanpa ekspresinya ih…, kan
serem.
Aku jadi lega, kukira
aku cuma dapat pengalaman buruk saja selama meliput Alghi tapi Alhamdulillah
masih ada pengalaman bagusnya meskipun di detik-detik terakhir, jadi sekarang
aku sudah bisa buat laporan yang menarik tentang seorang atlet bernama Alghi.
25
November 2009
Tidit….tidit,
sepertinya ada sms, oups dari kak Mashitoh, murobbiku, tumben ini kak Mashitoh nyuruh aku jumpain dia dan harus sendirian.
Sendirian???. Kata
orang kalau murobbi ingin jumpa mutarobbinya4 sendirian, biasanya
sebentar lagi bakal ada walimahan. Duh, aku jadi gugup ni, sepertinya feeling aku benar. Soalnya dari kemarin
si Bos makin ramah saja samaku, sering nyapa
sambil senyum-senyum gak jelas lagi,
tapi si Bos mana mungkin ya???. Dia kan tidak mengerti apa itu murobbi, tata
cara mengkhitbah5 dengan syar’i dll. Jadi siapa???
27
November 2009
Waduuuh…..makin
penasaran saja, walaupun tadi jantungku sempat mau copot, nafasku seakan
berhenti dan aku serasa melayang pas kak Mashitoh bilang kalau ada ikhwah yang
mau mengkhitbahku, tapi siapa??? Kak Mashitoh tidak mau memberi tau, dia hanya
bilang kalau aku sudah kenal dan dia hanya ingin memastikan kalau aku sudah
siap atau belum untuk melaksanakan ta’aruf6. Umurku sekarang 24
jalan 25, aku sudah mempersiapkan mental jauh-jauh hari karena hal ini memang
sudah kunanti dari usia 23, hehe.
1
Desember 2010
Semalaman aku tidak
bisa tidur, kutenangkan batin dan hatiku yang lagi kacau balau dengan menjumpai
Robbku di pertiga malam.
2
Desember 2010
“Assalamualaikum, kak
sepertinya Lexa sedikit terlambat karena jalanan macet, afwan7”, ku
kirim via sms ke nomor handphone kak Mashitoh.
Aku memasuki rumah kak
Mashitoh dengan dzikir tanpa henti (kayak mau jumpa jin saja, hehe) dan waktu
kakiku menginjakkan teras kak Mashitoh, aku mendengar suara khasnya si Bos, “ya
Robb kupasrahkan semua padaMU, kalau si Bos memang jodohku, berikanlah ia
hidayah untuk menjadi seorang da’i yang tangguh”, gumamku dalam hati.
Setelah mengucapkan
salam, kak Mashitoh mempersilahkan aku untuk duduk, aku terlambat 20 menit dari
perjanjian, kulirik orang di sekitarku kudapati si Bos sedang melihat ke arahku
sambil tersenyum simpul, mata kami bertemu, nyessssss…..rasanya aku mau
pingsan, aku juga merinding bukan karena senyumnya Mr.Zoe horor, tapi mungkin
hormon di badanku ikutan grogi sehingga tidak bekerja sebagaimana mestinya.
Tiba-tiba Alghi si
atlet arogan yang sedikit baik itu nongol
dari belakang dengan muka dan kedua tangan yang basah, sepertinya dia baru
selesai mengambil air wudhu. Duuuhhh, ngapain
juga itu anak ada disini???.
“Assalamualaikum wr wb”
Salam si Bos
menghentikan otakku yang sedang berspekulasi sendiri dengan dunianya. Panjang
lebar bos bercerita tentang awal dia jumpa aku di kantor, tentang bagaimana
cara dia mengetahui kepribadianku, dan cara dia ngetes aku apakah sudah pantas untuk jadi istri seorang atlet dan
jadi seorang ibu yang baik. “Stop…tiba-tiba otakku menggaris bawahi kata
‘seorang atlet’, seorang atlet?”.
Jadi ikhwah yang
dimaksud kak Mashitoh bukan Mr.Zoe tapi si atlet arogan itu, tapi jujur sejak
pertama kali jumpa sama Alghi aku memang merasakan suatu bentuk baru dari
kebahagiaan, dan satu hal lagi, nyaman dan damai banget apalagi kalau lagi ngobrol
atau lebih tepatnya wawancara sama dia. Tapi semua rasa itu sebisa mungkin
kutepis, apalagi melihat dia yang seorang atlet dan yang kukira bukan seorang
aktivis dakwah. Dan sekarang semua sudah jelas, si Bos ternyata teman semasa
kuliahnya mas Taufik, suaminya kak Mashitoh, dan Alghi teman semasa SMAnya si
Bos, dan liputan itu adalah sebuah kesengajaan. Skenario yang indah tapi sedikit menyebalkan rancangan si Bos.
Dan ketiganya merupakan
aktivis dakwah, bahkan Alghi yang kuanggap oon
dakwah mengisi dua kelompok halaqoh8 di sela-sela aktifitasnya
sebagai atlet sepak bola, salut deh
buat calon suamiku tersayang, hehe.
9
Februari 2010
Ijab Qabul sudah
diucapkan, Alghi yang sudah jadi suamiku semenit yang lalu liatin aku terus, bukan karena aku dandan cantik tapi karena
sebelum dan sesudah ijab qabul mataku tidak mau berhenti mengeluarkan air mata
kebahagiaan. Alghi suamiku yang merupakan seorang atlet merupakan surprise
terindah dari Allah yang kutemukan di jalan dakwah ini. Syukurku selalu dalam
hati atas SURPRISE CINTA DARI ALLAH, ROBBKU TERCINTA.
1Kaffah : secara
menyeluruh
2Murobbi : ustadzah/pendidik
3Diijabah : dikabulkan
4Mutarobbi : yang
dididik
5Khitbah : lamaran
6Ta’aruf : proses
saling kenal untuk menuju jenjang pernikahan
7Afwan : maaf
8Halaqoh : Kelompok
pengajian
Diselesaikan
: Oktober 2009
Oleh : Juni Esti Siregar (Mahasiswa Psikologi UMA,
Medan)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar